www.daytekno.com – NEW YORK – Ketika Ford melirik mesin Yamaha SHO, pabrikan merasa agak sreg. Tapi muncul penilaian bahwa kalau sports car Ford memakai SHO, ia akan lebih kelihatan seperti rival BMW M, dan kurang menarik bagi orang-orang kaya konsumen Ferrari.Saxty punya cerita, “Mesin Yamaha SHO, V6 quad-cam itu mesin yang cukup legendaris,” tulis Steve Saxty. “Gosip kemudian beredar di luaran bahwa mesin SHO memang didesain untuk mobil ini, GN34. Itu berita tak benar. Tak pernah didesain khusus untuk mobil ini, tapi itu gambaran yang diberikan oleh tim kalau engine itu masuk ke GN34, bakalan oke. Fantastis.”
Karena waktu terus berjalan, tim harus bekerja keras untuk menemukan mesin yang tepat bagi desain mobil yang sedang dikerjakan. Setelah gagal dengan Lotus, Ford mengajak Italdesign untuk kolab. Perusahaan Italia itu menyetujui, lantas menyodorkan mobil konsep mid-engine (mesin tengah), yang sengaja dibuat sebagai pengganti Lotus Esprit dan minta agar konsep itu dibeli sebesar US$ 120.000. Mobil prototipe itu diberi nama Maya. Ketika dijual ke Ford, Italdesign melakukan perubahan sekitar 20 persen pada mobil karyanya itu.
Yang jadi pertanyaan adalah, buat apa jauh-jauh ke Italdesign? Apa alasan Ford sampai mencari kolab keluar Detroit untuk membuat penantang Ferrari dengan emblem Ford? Alasannya adalah persepsi. Pabrikan Amrik itu takut kalau mereka meluncurkan sports car mesin tengah, akan dianggap sebagai rival Corvette. Tapi kalau mobil itu didesain dan dibuat di Eropa, anggapan itu akan kecil karena publik akan berpikir bahwa Ford ingin memberikan sedikit sentuhan kecanggihan teknologi Eropa. Dan membawa prestisius tersendiri bagi proyek tersebut.
Mobil Prototipe dan Kelinci Percobaan
Menurut Steve Saxty, Italdesign mengumpulkan kelinci percobaan, berupa mobil prototipe yang bisa jalan dengan potongan-potongan dasar. Mobil itulah yang saya foto dengan Jackie Stewart sebagai pengemudinya. Jadi, kata Saxty, mobil itu memang betul-betul sudah siap. “Roush Engineering juga diajak Ford kerjasama untuk mengerjakan beberapa prototipe, termasuk salah satunya yang menggunakan basis dari DeTomaso Pantera. GN34 adalah salah satu proyek road-car hasil kerjasama kedua perusahaan dan mobil purwarupa itu sekarang ada di museum Roush.”
Menurut Saxty, Italdesign juga mengajukan proposal desain kedua, semacam Anak Maya (Son of Maya), yang dikasih warna merah. Jadi, menurut Saxty, ada tiga mobil yang diajukan yaitu show car Maya, mobil uji coba (kelinci percobaan) dan styling car kedua. Dari sini, Ford langsung mengambil alih dan masuklah Advanced Design Studio. “Kita enggak mau orang Italia yang mendesain supercar flagship kita,” cerita Saxty. Makanya tak lama kemudian dipanggil Ghia untuk mengerjakan stylingnya.
Ghia sebetulnya juga studio desain Italia, tapi sepenuhnya dimiliki oleh Ford. Tidak seperti Italdesign. “Hasil desain Ghia sangat,sangat ramping,” imbuh Saxty. “Mobil yang tampilannya keren banget. Tapi Ghia tidak diperkenankan membuatnya, lantas tim SVO mulai mencari ke Prancis. Melirik Heuliez, yang bikin Renault 5 Turbo dan mobil reli Peugeot 205 T16. Lalu melirik juga Chausson, perusahaan patungan Renault dan Peugeot dan pernah juga mendekati Porsche. Akhirnya melirik perusahaan kecil Canewdon Consulting untuk mengerjakan bagian chassis. Jadi itu mobil dirancang oleh Ghia, chassis dirancang di Inggris, mesin Yamaha dan akan dibuat di Prancis. Transmisinya oleh ZF Jerman. Jadi mobil yang cukup eksotis saat itu.”
Karya Ghia Mendapat Pujian Tinggi
Setelah itu, lanjut Saxty, mobil didiskusikan dalam miting styling di California. “Ford membawa beberapa konsumen Ferrari dan Porsche lalu memperlihatkan styling model GN34 – satu dari Italdesign, satu dari Ghia dan satunya lagi proposal dari studio Ford di Dearborn – di situ juga ada mobil Ferrari dan Porsche. Karya dari Dearborn dianggap kurang berkenan, yang dibuat Italdesign dianggap oke, yang dari Ghia (Ford GN34 Concept) mendapat pujian tinggi, dianggap berkelas. Orang-orang yang hadir terutama konsumen Ferrari dan Porsche kaget ketika dibilang itu mobil Ford. Mereka langsung bilang, mereka enggak akan mau membeli dengan harga semahal Ferrari, tapi pasti akan membelinya. Mereka kagum dan mobil itu terlihat semahal Ferrari.”
Menurut Saxty orang tidak akan menyangka itu Ford karena memang dibuat jauh sebelum GT lahir. Steve Saxty juga mengakui kalau Ia tidak terlibat di dalamnya, Ia tidak akan menyangka mobil yang dibuat Ghia adalah mobil Ford dan orang akan menyangka itu Ferrari, terutama kalau melihat bagian nose dengan lampu depan model pop-up. Bagian belakangnya memang lebih kompleks dan lebih ‘aero’ dibandingkan Ferrari 328, bahkan lebih bagus dari Ferrari 348.
Proyek supercar Ford GN34 akhirnya terhempas ketika Bob Lutz diangkat menjadi salah satu bos Ford. Ia waktu itu datang dengan membawa ide Ford Bronco, mobil SUV empat pintu yang dipandang lebih gampang dijual dan berpeluang mendatangkan profit lebih tinggi. Akhirnya diputuskan untuk menghentikan proyek GN34 dan lebih memilih proyek mobil SUV. Keluarlah Ford Explorer pertama. (Tamat) – EKA ZULKARNAIN
”Artikel ini bersumber sekaligus hak milik dari website carvaganza.com. Situs https://www.daytekno.com adalah media online yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terpercaya dan menyajikannya dalam satu portal berita online (website aggregator berita). Seluruh informasi yang ditampilkan adalah tanggung jawab penulis (sumber), situs https://www.daytekno.com tidak mengubah sedikitpun informasi dari sumber.”