Wisata  

Museum Kebangkitan Nasional Jakarta

Avatar
Museum Kebangkitan Nasional Jakarta

www.daytekno.com – Lokasi: Jl. Abdul Rahman Saleh No.26, Senen, Kota Jkt Pusat 10410Map: Klik DisiniHTM: Dewasa Rp.2.000, Anak-anak Rp.1.000, Wisman Rp.10.000, Rombongan Minimal 20 orang (Dewasa Rp.1.000, Anak-anak Rp.500)Buka Tutup: Selasa – Minggu 07.30 – 16.00 WIB, Senin dan Hari Libur TutupTelepon: (021) 3865143, 3483003

Melihat minimnya wisatawan yang datang setiap harinya, bisa jadi Museum Kebangkitan Nasional merupakan salah satu tempat wisata pendidikan yang memiliki pengunjung paling sedikit.

Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, mungkin karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah melalui lembaga-lembaga sekolah.

Atau kurang seringnya pihak pengelola museum dalam menggelar event-event menarik bagi anak muda utamanya para pelajar.

Bahkan bisa jadi karena memang kepedulian generasi muda yang mulai luntur terhadap sejarah perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.

Minimnya jumlah pengunjung memang sangat disesalkan karena harga tiket masuk untuk menjelajah seluruh bagian dan melihat semua koleksi yang ada di museum ini hanya Rp.2.000 untuk orang dewasa dan Rp.1.000 untuk anak-anak.

Harga tiket tersebut sangat murah sekali jika dibandingkan dengan pengetahuan yang bisa didapat di dalam museum.

Apalagi bagi para pelajar yang kurang begitu memahami peristiwa yang melatarbelakangi ditetapkannya tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Di museum ini akan dapat dijumpai koleksi benda-benda bersejarah, diorama, patung, lukisan dan benda-benda yang berhubungan dengan peristiwa bersejarah tersebut.

Untuk mereka yang kuliah di fakultas kedokteran atau mereka yang tertarik dengan sejarah dunia kedokteran, Museum Kebangkitan Nasional juga bakal memberikan tambahan pengetahuan.

Disini kita akan mengetahui tentang perkembangan dunia kedokteran baik dalam bentuk data tertulis maupun peralatan pada zaman dahulu.

Beberapa contoh peralatan kedokteran pada zaman dahulu diantaranya adalah alat pemecah kepala untuk melakukan pembedahan pada bagian kepala yang terbuat dari besi dan rantai gir.

Ada adapula alat bedah yang bentuknya seperti garpu berukuran besar, alat pelubang kulit untuk mengambil darah yang berbentuk besi panjang menyerupai bor dan sebagainya.

Bahkan, di sini juga dapat ditemui pusaka dan benda-benda tradisional yang berkaitan dengan dunia kesehatan, seperti Keris Ki Among untuk menjaga diri dari makhluk halus, Keris Nyai Brojol buat membantu ibu-ibu melahirkan dan sebagainya.

Di tengah semakin menipisnya rasa nasionalisme pada diri generasi muda, rasanya perlu untuk dicarikan jalan keluar tentang bagaimana mengajak mereka untuk mencintai museum dan dengan senang hati mengunjunginya.

Pasalnya museum ada kaitannya dengan sejarah bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, salah satu diantaranya adalah Museum Kebangkian Nasional.

Sejarah Singkat

Mengupas tentang sejarah peristiwa kebangkitan nasional, tidak bisa lepas dari nama Organisasi Pergerakan Nasional yang bernama Boedi Oetomo.

Karena organisasi yang didirikan oleh Dr. Soetomo inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya organisasi-organisasi pergerakan lainnya seperti Trikoro Darmo, Sarekat Islam, Sarekat Dagang Islam, Muhammdiyah, serta yang lainnya.

Sementara kelahiran Boedi Oetomo dan beberapa organisasi pergerakan lainnya, digagas di sebuah lembaga pendidikan tempat dr. Soetomo Belajar yaitu: School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA).

Tidak hanya dr. Soetomo saja yang menimba ilmu di STOVIA tapi juga beberapa tokoh Pergerakan Nasional lain seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga;  10 Referensi Tempat Pacaran Yang Romantis di Daerah Surabaya Cocok Buat Ngedate Bareng Pasangan

Begitu besar peran STOVIA dalam sejarah pergerakan nasional, membuat gedung yang dulu digunakan untuk aktifitas belajar mengajar calon dokter tersebut pada era pemerintahan Soeharto, diresmikan sebagai Gedung Kebangkitan Nasional.

Sejarah dari berdirinya gedung tersebut sebagaimana dikutip dari wikipedia, bermula dari pembangunan gedung di atas lahan seluas 15.742 meter2 oleh H.F. Rool pada tahun 1899.

Gedung yang selesai dan diresmikan pada tahun 1902 tersebut digunakan untuk Sekolah Kedokteran Bumi Putera yang kemudian berganti nama menjadi STOVIA serta asrama bagi para dokter Jawa.

Sekolah kedokteran ini masa pendidikannya selama 9 tahun dengan kurikulum yang sama dengan yang digunakan di School Voor Officieren van Gezondeid yang ada di Ultrech.

Sehingga lulusan STOVIA diharapkan memiliki kualitas yang sama dengan sekolah kedokteran yang ada di Eropa.

Para pelajar STOVIA yang telah menamatkan pendidikannya, memperoleh gelar dokter Bumiputra (dalam bahasa Belanda disebut Inlandsch Arts) dan diangkat menjadi pegawai untuk ditempatkan di wilayah terpencil.

Mereka dibekali peralatan kedokteran serta uang saku untuk berangkat ke lokasi yang menjadi tempat bertugas.

STOVIA selanjutnya menjadi lembaga pendidikan tempat berkumpul para pelajar dari berbagai daerah.

Mereka memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata karena untuk bisa diterima di STOVIA harus melalui proses seleksi yang ketat.

Mereka yang diterima selanjutnya ditempatkan di asrama yang diawasi suppoost atau pengawas yang biasanya orang Indo-Belanda.

Karena para pelajar yang berkumpul di asrama berasal dari berbagai daerah, mereka pun akhirnya dapat saling memahami layaknya saudara tanpa membedakan suku, budaya dan agama.

Mengingat perkembangan STOVIA yang pesat dan tidak mampu lagi menampung para pelajar dengan berbagai aktifitasnya, pada tahun 1920 lembaga pendidikan ini dipindah ke JL. Salemba yang saat ini menjadi Fak. Kedokteran UI.

Sementara bangunan lama hanya difungsikan sebagai asrama serta digunakan untuk lembaga pendidikan lain,seperti MULO (SMP), AMS (SMA) dan Sekolah Apoteker.

Sekitar tahun 1942 – 1945 saat Jepang menduduki Indonesia, gedung ini sudah tidak lagi digunakan untuk aktifitas belajar mengajar, tapi dialihfungsikan sebagai tempat penampungan tahanan militer yaitu tentara-tentara Belanda.

Pada masa pemerintahan Soeharto, tepatnya sepanjang tahun1973 – 1974, bekas gedung STOVIA ini dipugar dan diberi nama “Gedung Kebangkitan Nasional”.

Di dalamnya diisi dengan beberapa museum, yaitu Museum Boedi Oetomo, Museum Pers dan Museum Kesehatan.

Selain itu, gedung juga difungsikan sebagai perpustakaan dan kantor beberapa yayasan serta perusahaan swasta.

Dengan tujuan untuk lebih memfungsikan keberadaan museum, maka ketiga museum yang ada tersebut dilebur menjadi satu dan diberi nama “Museum Kebangkitan Nasional”.

Menjelajah Museum

Karena merupakan cagar budaya, Gedung yang ditempati Museum Kebangkitan Nasional ini masih tetap dipertahankan dari bentuknya yang lama dengan gaya arsitektur Belanda yang anggun dan megah.

Begitu memasuki museum, pengunjung akan dibawa pada masa lalu, dimana para pelajar STOVIA tidak hanya sibuk mempelajari ilmu kedokteran tapi juga memikirkan nasib bangsanya yang berada di bawah penindasan bangsa Belanda.

Baca Juga;  Bingung Memilih Kucing Yang Lucu dan Imut? Catshop Favorit di Surabaya Ini Bisa Menjadi Solusi

Pada bagian halaman museum, dapat ditemui sebuah monumen untuk memperingati 125 tahun pendidikan kedokteran di Indonesia (1851 – 1976).

Setelah melewati halaman, pengunjung dapat mengunjungi satu persatu ruangan yang ada, yang terbagi atas tujuh ruang, yaitu:

1. Ruang Pengenalan

Di ruangan ini pengunjung dapat menjumpai sebuah miniatur kapal Portugis untuk menggambarkan awal masuknya bangsa Eropa ke Indonesia dengan melewati Selat Malaka.

Masuknya bangsa Portugis pada tahun 1511 tersebut bertujuan untuk menguasai dan mengendalikan pasar rempah-rempah di wilayah Kepulauan Nusantara.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Inggris dan Belanda lewat perusahaan dagang yang bernama VOC.

Saat dalam penguasaan VOC atau Belanda itulah tumbuh kesadaran pada diri para pelajar yang ada di STOVIA akan penderitaan rakyat Indonesia yang terjajah.

Mereka berjuang lewat jalur organisasi dengan mendirikan organisasi modern pertama di Indonesia yang diberi nama Boedi Oetomo.

Untuk memberi gambaran tentang sejarah berdirinya STOVIA dan dibentuknya organisasi Boedi Oetomo itulah ruangan ini dilengkapi sebuah auditorium untuk memutar video yang mengisahkan rangkaian sejarah tersebut.

2. Ruang Awal Pergerakan Nasional

Bangkitnya pergerakan nasional bisa disaksikan di ruangan ini melalui diorama yang berisi patung-patung dengan ukuran asli dan dibuat detail lewat serangkaian penelitian pakar sejarah sehingga dapat menggambarkan situasi pada masa lampau.

Diorama tersebut menggambarkan proses belajar mengajar dan peragaan kelas STOVIA, Pembelaan HF Roll serta yang lain.

Melalui diorama yang ada, pengunjung akan dapat memahami tentang Politik Etis atau Politik Balas Budi yang diusung pemerintah kolonial.

Politik etis yaitu kesempatan yang diberikan pemerintah Belanda kepada penduduk pribumi untuk bisa mengenyam pendidikan ala Barat serta menumbuhkan semangat dan kesadaran untuk terus belajar.

3. Ruang Kesadaran Nasional

Di dalam ruangan ini pengunjung dapat menjumpai peralatan kedokteran, meja kursi makan para pelajar STOVIA dan benda-benda lain yang menggambarkan tumbuhnya kesadaran berbangsa dan bernegara pada diri sebagian masyarakat Indonesia.

Untuk mempertegas penggambaran tersebut, dihadirkan diorama RA Kartini yang sedang mengajar murid-muridnya.

4. Ruang Pergerakan Nasional

Awal pergerakan nasional yang diawali dengan berdirinya organisasi-organisasi modern, seperti Indische Partij, Budi Utomo, Muhammadiyah serta yang lain digambarkan di ruangan ini.

Melalui diorama pertemuan Wahidin, Suraji dan Sutomo, kemudian diorama berdirinya Budi Utomo, vandel-vandel, foto-foto organisasi pemuda dan foto-foto organisasi awal kebangkitan.

Pengunjung akan mengetahui tentang pola perubahan perjuangan bangsa Indonesia yang semula bersifat lokal menjadi nasional.

5. Ruang Propaganda Studie Fonds

Untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan membentuk organisasi modern guna melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial, tokoh-tokoh nasional seperti Wahidin Sudirohusodo melakukan pertemuan dengan para pelajar STOVIA.

Kemudian melakukan propaganda serta memunculkan ide untuk membentuk Studie Fonds.

Gambaran tentang peristiwa tersebut tersaji lewat patung Dr.Wahidin Sudirohusodo, Lukisan Perjalanan Dr. Wahidin dan diorama patung pelajar STOVIA.

6. Ruangan Memorial Budi Utomo

Sebagai organisasi modern pertama di Indonesia yang mempelopori berdirinya organisasi-organisasi pergerakan lainnya, membuat Budi Utomo memperoleh tempat khusus di museum ini dengan dibuatkannya ruangan Memorial Budi Utomo.

Baca Juga;  5 Daftar Pilihan Rental Motor Murah di Daerah Tanjung Pinang, Harga Mulai Rp.50.000

Sesuatu yang istimewah, ruangan ini adalah ruangan yang paling bersejarah karena di ruangan ini pula pada 20 Mei 1908 organisasi Budi Utomo didirikan.

Karena ruangan ini dahulu juga merupakan ruang Praktek Anatomi, maka koleksi yang dapat dijumpai pengunjung di ruangan ini bukan hanya lukisan situasi perkumpulan, struktur keorganisasian Budi Utomo, profil dari pendiri serta pengurus organisasi saja.

Namun juga ditemui kursi kuliah STOVIA, kerangka manusia yang digunakan untuk praktek anatomi dan foto-foto kegiatan pelajar STOVIA.

7. Ruang Pers

Dalam catatan sejarah kebangkitan nasional, peranan pers tidak bisa diabaikan, karena banyak dari tokoh-tokoh nasional yang berprofesi sebagai wartawan atau penulis.

Selain itu pers juga mereka gunakan untuk menyampaikan pesan-pesan nasionalisme dan kebangsaan untuk melawan penjajah.

Untuk itulah disediakan ruangan Pers yang berisi foto-foto dari tokoh pers nasional, mesin ketik, kamera yang digunakan pada zaman dahulu, vandel dan berbagai alat cetak.

Selain ketujuh ruang utama tersebut, pengunjung juga dapat mengunjungi 4 ruang yang menggambarkan sejarah perkembangan ilmu kedokteran Indonesia yang disebut Ruang STOVIA I – IV.

Ruang I dinamakan “Perubahan” yang berisi alat-alat pengobatan tradisional, seperti gilingan jamu, boteka atau tempat menyimpan racikan obat dan lain-lain.

Ruang II bernama “Lahirnya Pendidikan Dokter Modern” yang menyimpan beberapa macam peralatan kedokteran, seperti alat pemecah kepala.

Lalu ada juga elektroradiograf atau alat pencatat detak jantung, kuster atau alat untuk mensterilkan peralatan kedokteran dan lain-lain.

Ruang III bernama “Meningkat dan Berkembang” dengan koleksi alat rontgen, peralatan kedokteran, perlengkapan dokter bedah serta sebuah biola yang digunakan R, Maryono untuk memainkan lagu-lagu di halaman gedung STOVIA pada waktu istirahat.

Ruang IV bernama “ Menuju Dokter Indonesia yang bukan hanya sekedar Inlandsche Arts”. Ruangan ini memiliki koleksi peralatan kedokteran, seperti tempat jarum suntik, tabung wintrobe, objek glass dan lain-lain.

Terdapat pula sebuah ruang yang dulu dipakai untuk ruangan Dosen STOVIA pada saat istirahat dan berdiskusi membahas kegiatan pembelajaran.

Untuk menegaskan fungsi dari ruangan ini pada jaman dahulu, terdapat diorama yang menggambarkan dosen STOVIA tengah berdiskusi.

Rute Menuju Lokasi

Banyak rute yang dapat dilalui untuk menuju ke Museum Kebangkitan Nasional, baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.

Untuk yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi, cukup berbekal peta atau membuka google map akan dapat dengan mudah untuk sampai ke tempat tujuan.

Pasalnya, lokasinya yang berada di Jl. Abdul Rahman Saleh No.26, Senen, Jakarta Pusat cukup mudah untuk dijangkau.

Sedang untuk yang menggunakan angkutan umum, meski banyak sarana transportasi yang melewati daerah di dekat museum ini.

Namun akses yang paling mudah adalah dengan menggunakan Transjakarta koridor 1 jurusan Blok M – Kota dan turun di halte busway Monumen Nasional lalu transit ke koridor 2 yang menuju Atrium Senen.

Sesampai di halte busway Kwitang, Anda bisa turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju pertigaan lampu merah dan tidak jauh dari situ akan terlihat tempat yang dituju yaitu Museum Kebangkitan Nasional.